I. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia
berwatak sosiolistik-religius yang bercita-cita meraih kehidupan yang
seimbang, serasi, dan selaras antara kehidupan bathiniah, mental
spiritual dengan kehidupan lahiriyah, fisik materiil, dimana nilai nilai
keagmaan menjadi dasar atau sumber motivasinya. Tuntunan agama islam
pada khususnya sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan
mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukhrowinya tidak boleh dipisahkan, melainkan menjadi etos kerja terintegrasikan satu sama lainnya saling berkaitan secara continue, termasuk etos ilmiah yang mendorong kearah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos
keilmuan di dunia islam, sejarah menyebutkan bahwa islam pada
keemasannya dari abad ke-8 M sampai pada abad ke-14 M, pada masa bani
Umayyah dikawasan Timur tengah, Afrrika utara, dan Spanyol, islam
benar-benar mampu mendorong kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu,
teknologi sehingga peraaban islam menampakkan karakteristiknya dalam
perkembangan nilai-nilai intrisik dan ekstrinsik dalam konfigurasinya
yang islami dalam rentangannya yang luas.
Islam
mengajarkan kita (manusia) untuk berfikir secara kritis, analitis, dan
sintesis tentang ciptaan Allah yang ada dilangit, dikawasan
planet-planet, dibumi dengan kandungan isi kekayaannya. Dalam berfikir
atau memikirkan tentang fenomena ciptaanNya tersebut juga harus
dibarengi dengan dzikir kepadaNya, hal ini berdasar pada AlQur’an QS. Ali Imron ayat 190-191.
adalah suatu bukti bahwa alqur’an secara nyata memberikan dorongan
kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan teknologi
bangunan dari besi dan tembaga, serta teknologi transportasi yang mampu
berjalan dengan kecepatan tinggi yang sekarang diwujudkan menjadi kapal
tebang supersonic dan pesawat ruang angkasa dan sebagainya.
Prof. Alzalurrahman dan Prof. Dr. Maurice Bucaille
mengatakan bahwa kitab suci alqur’an memberi dorongan daya cipta umat
manusia dalam berfikir dan menganalisis serta mengembangkan fenomena
semesta alam ciptaan Allah yang bergerak secara sistematis dan
bertujuan itu, menjadi benda-benda atau alat-alat teknologi tepat guna
bagi kesejahteraan hidup manusia sejak dari ilimu dan teknologi
pertanian, irigasi, botani, perkebunanbiokimia, arsitektur, arkheologi,
astronomi, fisika, matematika, sampe pada teknologi luar angkasa dan
kedokteran.
Dalam
pendidikan islam yang tugas utamanya adalah menelaah dan menganalisis
serta mengembangkan pemikian, informasi, dan fakta-fakta kependidikan
yang sebangun dengan nilai-nilai ajaran islam harus mampu mengetengahkan
perencanaan progam-progam dan kegiatan-kegiatan operasioanal pendidikan
terutama yang berkaitan dengan pengembangan keagamaan umat.
II. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISAM
Suatu
usaha pendidikan yang dilaksanakan oleh manusia merupakan upaya
penanaman benih baru, atau suatu transformasi dan pengembangan bakat
seseorang melalui proses psikologis, yaitu suatu proses yang
dikembangkan dengan mengisi bagian-bagian otak seseorang dengan
masukan-masukan aau rangsangan ang menimbulkan impulse kognitif,
afektif, dan motoris. Aspek kognitif dan afektif yang terdapat pada
manusia, khususnya melalui pendengaran (informasi, pengajaran, atau
pendidikan), penglihatan, (pengenalan akan fakta, proses asosiasi atau
berfikir, dan penyusunan konsepsi), serta perasaannya dapat sampai
kepada terbentuknya suatu tanggungjawab kepada Tuhan Yang maha Esa.
Dengan perkataan lain, kapasitas manusia yang mempunyai kemungkinan
untuk dididik dan kemungkinan untuk belajar secara induktif dapat
melaksanakan tanggungjawabnya kepada Tuhan.
Agama
islam yang diwahyukan kepada Rosulullah Muhammad Saw. Mengandung
implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmad bagi sekalian
alam. Dalam agama islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada
kedua fenomena perkembangan yaitu :
1. Potensi Psikologis dan pedagogis
yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik
dan menyandang derajad mulia melebihi mahluk-mahluk lainnya.
2. Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai kholifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsive terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Untuk
mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut, diperlukan
ihtiyar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan pendekatan
dan wawasan yang inter disipliner. Karena manusia semakin terlibat
kedalam proses perkembangan social itu sendiri menunjukkan adanya
interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.
B. POLA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Sistem pendidikan islam di Indonesia sudah berkembang seja abad pertama islam dating ke aindonesia sekitar 614 M, sebagaimana diuraikan oleh Thomas Arnold dalam bukunya The Preacing Of Islam.
Seperti halnya Negara-negara lain, system pendidikan dalam islam dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh aliran atau paham keislaman
(paham ahlus sunnah waljama’ah, mu’tazilah, ajaran Abul Hasan Ali Al-Asy’ary dan tasawuf), maupun oleh keadaan dan perkembangan system pendidikan barat.
Pengaruh
system pendidikan barat tehadap system pendidikan islam terbukti
mengakibatkan tidak hanya pendidikan islam tidak lagi berorientasi
sepenuhnya pada tujuan islam (yaitu untuk membentuk manusia takwa yang
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah) tetapi
juga tidak mencapai tujuan pendidikan barat yang bersifat sekuler.
Sementara system pendidikan islam modern berada pada taraf ambi valensi,
system pendidikan pesantren makin merasakan adanya kekurangan dalam
progam pendidikannya. Artinya mereka merasakan adanya kekurang
efektifan untuk melahirkan ahli-ahli ilmu agama. Sedangkan di bidang mua’amalah
(ibadah dalam arti luas) yang mencakup penguasaan berbagai disiplin
ilmu dan ketrampilan seolah-olah merupakan kekhususan garapan system
pendidikan sekuler.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan islam di Indonesia adalah adalah berdasar pada Al-qur’an dan As-sunah
(hukum tertulis), hukum yang tidak tertulis, serta hasil pemikiran
manusia tentang hukum-hukum tersebut. Antara lain seperti pancasila, UUD
45, serta ketentuan pelaksanaanya.
C. PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam
pengembangan pendidikan, pada dasarnya merupakan upaya berencana
sehingga mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas.
Untuk mencapai tujuan itu, kita harus melihat hal-hal sebagai berikut ;
1. Materi kurikulum
Isi
kurikulum yang memprasaranai terbentunya manusia cerdas, seperti mata
pelajaran IPA, matematika, serta Bahasa harus memperoleh bobot, cakupan,
dan sistematik yang serasi dengan tingkat kematangan peserta didik
sehingga kematangan dan perkembangan intelektualnya merupakan potensi
yang dapat dikembangkan, baik oleh proses pendidikan selanjutnya maupun
oleh pengalaman dalam hidupnya.
2. Manusia Indonesia Seutuhnya
Dalam
rangka pembentukan manusia seutuhnya yang diperlukan adalah manusia
yang bukan hanya cerdas, melainkan sekaligus memiliki kemampuan dan
ketrampilan yang secara integral menyatu dengan kualitas iman dan
kemampuan takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu dapat diukur
bukan hanya oleh kepribadian yang mantap dan mandiri, melainkan juga
oleh budi pekerti yang luhur serta jasmani dan rohani yang sehat dan
tampak pada ketangguhannya melaksanakan tanggungjawab kemasyarakatan
dalam kebangsaan.
3. Kurikulum yang integral
Pengembangan
pendidikan yang berhasil dapat diawali oleh suatu proses pendidikan dan
pengajaran yang kurikulumnya secara integral memiliki cakupan yang
terdiri atas buti-butir isi dalam disiplin ilmu dan ketrampilan yang
dapat membentuk kompetensi-kompetensi tetentu dalam satu sistem yang
utuh walaupun komponenya secara transparan berbentuk berbagai macam
disiplin ilmu dan teknologi. Setruktur kurikulum yang secara difensial menggambarkan disiplin ilmu yang terpisah-pisah, tidak hanya terlalu kognitif, tetapi juga secara ilmiah tidak menggambarkan praksis kultur yang merupakan perilaku individual atau social yang sebenarnya.
4. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
Sumber
daya manusia yang berkualitaslah yang merupakan potensi penunjang suatu
proses peningkatan kualitas masyarakat. Dengan demikian lulusan
pendidikan tinggi, dengan kecanggihan ilmu dan teknologi yang
dikuasainya harus memberikan dampak yang lebih tinggi, lebih efisien dan
lebih professional dalam membantu memberikan masukan maupun menjadi
pelaku rekayasa peningkatan kualitas masyarakat tersebut.
Kualitas SDM yang seperti itu tidak hanya dapat diukur relevansinya secara internal,
yaitu berdasarkan kecocokan kualitasnya dengan system pendidikan.
Demikian juga harus memungkinkan kualitas tersebut dapat diukur secara eksternal.
Yaitu sesuai atau tidaknya dengan kebutuhan masyarakat, dalam dunia
ekonomi, industri, budaya, maupun yang lainnya. Juga tidak kalh penting,
adalah relevansinya dapat diukur dengan kesanggupannya untuk beraing
secara internasional.
5. Masalah dan alternatife penyelesaian
Dalam
penyelenggaraan pendidikan tentu tidak lepas dari permasalaha, karena
implikasinya tidak hanya berkaitan dengan progam pendidikan tetapi juga
meliputi pengadaan dan pengembangan sarana personal dan sarana lain yang
sesuai dengan strategi pendekatan ini. Masalah lain yang mungkin
dihadapai adalah masalah penyesuaian atau bahkan pengatisipasian isi
kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu dan teknologi
pada saat ini dan pada saat lima atau sepuluh tahu berikutnya. Bagaimanapun proses perencanaan selalu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mungkin sampai lima
tahun ditamabah dengan masa uji coba dilapangan yanga sudah pasti
membutuhkan banya waktu. Akumulasi waktu yang dipakai perencanaan dan
uji coba sama dengan waktu yang hilang dalam penyesuaian kurikulum
dengan perkembangan yang tejadi. Oleh karena itu, tidak benar jika kita
beranggapan bahwa keluaran sekolah umum harus siap pakai. Yang tepat
adalah anggapan bahwa lulusan k\sekolah umum khususnya pendidikan
tingkat menengah harus siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Dengan
demikian, dapat diukatakan bahwa pendekatan melalui setrategi
perkembangan pendidikan dalam pembangunan menuju bangsa yang mandiri
harus menjamin kemungkinan peningkatan mutu dan taraf hidup bangsa yang
berkelanjutan pada kemungkinan dikembangkannya kultur nasional yang
menikan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Upaya tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
Penyesuaiaan kurikulum dalam proses pendidikan dilakukan teus-menerus
sehingga tidak hanya memungkinkan terjadinya penyesuaian dengan tingkat
perkembangan mutahir, tetapi dapat sekaligus mampu mengantisipasi
kemungkinan perkembangan dimasa yang akan datang. Artinya proses
perkembangan harus mendorong terjadinya proses perkembangan epistimologi ilmu dan teknologi yang berkohesi dengan fungsi dan manfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan.
III. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ;
Pendekatan
dalam system pembelajaran dapat melalui beberapa aspek yeng perlu
diperhatikan dan dilakukan yaitu : mulai dari mater kurikulum, manusia /
masyarakat seutuhnya, kurikulum yang integral, kualitas SDM, mengenali
masalah dan alternative penyelesaiaannya.
IV. PENUTUP
Puji
syukur atas segala petunjuk dariNya sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dan kami hadirkan kepada pembaca sekalian. Tentu dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari
sempurana/ harapan. Itu semua kare keterbatasan kami (penulis) dalam hal
wawasan dan keilmuan kami. Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
membangun penulisan kedepan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
· H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta 2008
· Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Perss, Jakarta 1995
· Abdullah, Taufik, Islam di Indonesia, Tintamas, Jakarta 1974
Posting Komentar