Untuk
memahami pendidikan Islam tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat
sepotong apa yang ditemukan dalam realitas penyelenggaraan pendidikan
Islam, tapi mesti melihatnya dari sistem nilai yang menjadi landasan
paradigmanya. Hasan Langgulung menyatakan sangat keliru jika mengkaji
pendidikan Islam hanya dari lembaga-lembaga pendidikan yang muncul dalam
sejarah Islam, dari kurikulum, apalagi hanya dari metode mengajar, dan
melepaskan. Masalah idiologi Islam, Idiologi atau paradigma pendidikan
Islam merupakan gambaran utuh tentang ketuhanan, alam semesta, dan
tentang manusia yang dikaitkan dengan semua teori pendidikan Islam
sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Sehingga diperlukan suatu upaya untuk menegaskan kembali paradigma yang
diperlukan untuk mengembangkan pendidikan Islam. Dalam pelaksanaan
pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dengan anak didik
melibatkan faktor-faktor pendidikan guna mencapai tujuan tujuan
pendidikan dengan didasari nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tertentu
itulah kemudian disebut sebagai dasar paradigma pendidikan. Istilah
dasar paradigma pendidikan dimaksudkan sebagai landasan tempat berpijak
atau pondasi berdirinya suatu sistem pendidikan.
Dasar
paradigma pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itu sendiri.
Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-quran dan al-Hadis. Dari
kedua sumber inilah kemudian muncul sejumlah pemikiran mengenai masalah
umat Islam yang meliputi berbagai aspek, termasuk di antaranya masalah
pendidikan Islam. Sebagai dasar pendidikan Islam Al-Quran dan Al-Hadis
adalah rujukan untuk mencari, membuat dan mengembangkan paradigma,
konsep, prinsip, teori, dan teknik pendidikan Islam. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan
dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia
menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah di bumi. Karena fungsi pendidikan adalah
mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dan keahlian yang
diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah
masyarakat.
AWAL KEMAJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam
lintasan sejarah peradaban Islam peran pendidikan ini benar-benar mampu
membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan
sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab hingga Eropa
Timur. Untuk itu adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan
peserta didik merupakan sebuah keniscayaan. Kemajuan peradaban dan
kebudayaan Islam tidak lepas dari adanya sistem dan paradigma pendidikan
yang dilaksanakan pada masa itu. Kesadaran akan urgensi ilmu
pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul
secara tiba-tiba, spontan atau mendadak. Kesadaran ini muncul dari
sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa Rasul
Muhammad Saw.) Pada masa itu Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran
pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat
Islam untuk senantiasa menuntut ilmu. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan ilmu dan
orang yang memiliki pengetahuan. Setelah Muhammad wafat, para
sahabat dan umat Islam secara umum tetap melanjutkan misi ini dengan
menanamkan kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan kepada
generasi-generasi sesudahnya, sehingga kesadaran ini menjadi darah
daging di kalangan umat Islam dan mencapai puncaknya pada abad XI sampai
awal abad XIII M. Cikal bakal pendidikan Islam dimulai ketika Umar bin
Khatab mengirimkan petugas khusus ke berbagai wilayah Islam untuk
menjadi nara sumber bagi masyarakat Islam di wilayah tersebut. Mereka
biasanya bermukim di masjid dan mengajarkan tentang Islam kepada Umat
Islam melalui khalaqoh-khalaqoh majlis khusus untuk mempelajari agama
dan mengkaji disiplin dan persoalan lain sesuai dengan apa yang
diperlukan masyarakat.
Istitusi
pendidikan Islam yang modern baru muncul pada akhir abad X M. Dengan
didirikannya perguruan (universitas) Al-Azhar di Kairo. Selain
dilengkapi oleh perpustakaan dan laboratorium juga sudah diberlakukan
kurikulum pengajaran yang berisi disiplin-disiplin ilmu yang harus
diajarkan kepada peserta didik. Kurikulum yang diajarkan adalah
kurikulum yang berimbang. Makdunya selain ilmu-ilmu agama juga diajarkan
ilmu-ilmu akal sepertilogika, kedokteran, geografi, matematika dsb.
Istitusi pendidikan Islam yang ideal pada masa itu yang lainnya adalah
madrasah Nizamiyah. Perguruan ini sudah menggunakan sistem sekolah.
Artinya telah ditentukan waktu penerimaan siswa, tes kenaikan, ujian
akhir sekolah, pengelolaan dana sendiri, kelengkapan fasilitas,
perekrutan tenaga pengajar yang selektif, dan pemberian bea siswa untuk
siswa berprestasi. Selain adanya institusi pendidikan yang memiliki
kapabilitas yang tinggi, pada masa kejayaan Islam, kegiatan keilmuan
benar-benar mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sehingga
kebebasan akademik benar-benar dapat dilaksanakan, kebebasan berpendapat
benar-benar dihargai, kalangan akademis selalu didorong untuk
senantiasa mengembangkan ilmu melalui forum-forum diskusi, perpustakaan
selalu terbuka untuk umum, bahkan perpustakaan istana pun terbuka untuk
umum.
PERIODE KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
Namun
setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258 M, dunia pendidikan Islam pun
mengalami kemunduran. Paradigma pendidikan Islam pun mengalami perubahan
besar dari sebuah paradigma yang progresif dengan dilandasi keinginan
menegakkan agama Allah menjadi paradigma yang sekedar mempertahankan apa
yang telah ada. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses
pembentukan diri anak didik agar sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal
ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia
pendidikan terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi
yang dimilikinya secara maksimal. Pada kejayaan Islam, pendidikan telah
mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik.
Namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun
turut mengalami kemunduran.
KESIMPULAN
Dari
gambaran kejayaan dunia pendidikan Islam terdapat beberapa hal yang
dapat digunakan untuk kembali membangkitkan dan menempatkan dunia
pendidikan Islam pada peran yang semestinya sekaligus menata ulang
paradigma pendidikan Islam dari pasif-defensif menjadi aktif-progre
intelektual senantiasa dilandasi oleh :
(1) Pertama, menempatkan
kembali seluruh aktifatas pendidikan di bawah frame work agama.
Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi oleh
nilai-nilai agama, di mana tujuan akhir dari seluruh aktifitas adalah
upaya menegakkan agama dan mencari ridlo Allah swt.
(2) Kedua, adanya
perimbangan antara disiplin ilmu agama dan pengembangan intelektualitas
dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari marginalisasi
dalam dunia pendidikan adalah kecenderungan untuk lebih menitikberatkan
pada pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian
non-agama. Oleh karena itu, penyeimbangan antara materi agama dan non
agama dalam dunia Islam adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia
pendidikan Islam kembali survive di tengah masyarakat.
(3) Ketiga,
perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan
pengembangan keilmuan secara maksimal. Karena selama masa kemunduran
Islam, tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan
perbedaan pendapat yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan
intelektual. Dengan menghilangkan, minimal membuka kembali sekat dan
wilayah-wilayah yang selama ini terlarang bagi perdebatan, maka wilayah
pengembangan intelektual akan semakin luas yang tentunya akan membuka
peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di dunia pendidikan Islam
pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
(4) Keempat,
Mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi. Artinya,
strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu
materi-materi yang diberikan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang ada, setidaknya selalu ada materi dapat diaplikasikan dan memiliki
relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan strategi ini
diharapkan pendidikan Islam akan mampu manghasilkan sumber daya yang
benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman dan peka terhadap
lingkungan.
(5) Kelima,
Adanya perhatian dan dukungan dari para pemimpin (pemerintah) atas
proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini. Adanya
perhatian dan dukungan dari pemerintah akan mempercepat penemuan kembali
peradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif, yang dengannya
diharapkan dunia pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan
fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan pendewasaan umat.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Maliki, M. Alawi, Prinsip-prinsip pendidikan Rasulullah, Gema Insani, Jakarta: 2002
Anam, M. Khoirul, Melacak Paradigma Pendidikan Islam (Sebuah Upaya Menuju Pendidikan Yang Memberdayakan), 2003
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Kalimah, Jakarta: 2001, Feisal Amir Jusuf, Reorientasi Pendidikan Islam, GIP, Jakarta 1995
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006,
Ramayulis, Asari Hasan, Dasar-Dasar Pemikiran Islam, Gema Media Pratama, Jakarta: 2001
Posting Komentar